Melonjaknya Harga Batubara Internasional “Berkah untuk Indonesia”

harga batubara

Saat ini, batu bara tentu menjadi salah satu komoditas yang paling menarik. Di satu sisi, Indonesia menyatakan komitmennya untuk mengurangi konsumsi bahan bakar fosil kotor ini yang terutama digunakan sebagai bahan baku pembangkit listrik di pembangkit listrik tetapi juga di berbagai industri manufaktur seperti industri semen dan industri tekstil.

Indonesia berusaha menjadi negara yang ‘netral karbon’ pada tahun 2060 meski banyak yang meragukan sejauh mana Indonesia benar-benar berkomitmen untuk ambisi ini; lagipula, Indonesia juga masih memiliki masalah yang lebih mendesak seperti puluhan juta orang Indonesia yang tinggal di bawah, dan tepat di atas, nasional ambang kemiskinan.

Di sisi lain, Indonesia memiliki cadangan batubara yang melimpah. Ini menjadikannya bahan bakar yang relatif murah untuk pembangkit listrik domestik dimana juga menjadi berkat peraturan yang membatasi harga batu bara untuk digunakan oleh pembangkit listrik tenaga batubara domestik.  Selain itu, ditambah dengan kuatnya permintaan batu bara yang berasal dari luar negeri yang memicu harga batu bara yang tinggi, cadangan batu bara Indonesia yang besar merupakan bisnis yang menggiurkan dalam hal ekspor. 

Bahkan, kecil kemungkinan permintaan batu bara internasional yang secara khusus berasal dari Cina dan India akan runtuh dalam waktu dekat karena sumber energi terbarukan tetap lebih mahal namun kurang dapat diandalkan dibandingkan batu bara ataupun jenis bahan bakar fosil lainnya.  Jadi, batu bara akan tetap menjadi bisnis yang menguntungkan dalam setidaknya dalam dua dekade mendatang atau lebih karena kemajuan energi terbarukan berjalan lambat.

Khususnya di Asia-Pasifik, pembangkit listrik tenaga batu bara tetap menjadi solusi efisien untuk kebutuhan energi yang terus meningkat di kawasan ini.  Cina, India, Jepang, dan Indonesia saat ini adalah empat negara yang – bersama-sama – menyumbang sekitar 80 persen pembangkit listrik tenaga batu bara yang ditemukan di seluruh dunia.

harga batubara

Terlebih lagi, baru-baru ini, Eropa juga telah jatuh kembali pada kebutuhan untuk pemanfaatan batu bara di tengah harga gas alam yang tinggi. Sementara Jepang membuka kembali pintunya untuk pembangkit listrik tenaga batu bara setelah kecelakaan di pembangkit nuklir di Fukushima yang terjadi pada tahun 2011. Kecelakaan pembangkit nuklir tersebut bahkan dianggap lebih membahayakan ketimbang pemanfaatan kembali batu bara.

Permintaan akan batu bara yang tinggi telah menyebabkan harga batubara internasional melambung ke rekor tertinggi selama beberapa bulan terakhir. Selain permintaan yang lebih tinggi, beberapa masalah pasokan yang menurun karena beberapa faktor juga telah mendukung naiknya harga batu bara. Curah hujan yang tinggi telah menyebabkan gangguan pada puluhan penambang batu bara di China yang merupakan produsen dan konsumen batu bara terbesar di dunia.

Selain itu, masalah diplomatik antara China dan Australia yang memuncak setelah Canberra mendorong penyelidikan independen terhadap asal usul virus COVID-19 juga mengakibatkan China menolak untuk mengimpor batubara dari Australia. Artinya kebutuhan batu bara untuk China pada dasarnya menyusut meski permintaan meningkat.

Bahkan, dengan harga batu bara dunia yang menyentuh rekor tertinggi, justru menjadi insentif bagi para penambang batu bara lokal di Indonesia serta di negara produsen batu bara lainnya untuk semakin menggenjot produksi. Meski memang hal ini sangat bertolak belakang dengan aspirasi kelompok pecinta lingkungan dan juga bertentangan dengan upaya – ditemukan  di seluruh dunia – untuk beralih dari bahan bakar fosil ke sumber energi terbarukan.